Rojak, Tukang Rujak yang Disambar Keberuntungan Berkat Buah Sweet Bonanza
Diterbitkan pada
Perjalanan Hidup Rojak Sang Tukang Rujak
Nama lengkapnya Rojak bin Karno, tapi di kampung ia lebih dikenal dengan sebutan Rojak si Tukang Rujak. Sejak muda, Rojak sudah akrab dengan gerobak tuanya. Setiap pagi ia mendorongnya menyusuri jalan kampung sambil berteriak pelan, “Rujaaak… rujaaaak maniiiis…” — nada khas yang sudah seperti alarm alami bagi warga.
Meski hidup sederhana, Rojak dikenal ramah dan jujur. Ia tak pernah menakar buah lebih sedikit dari timbangan, apalagi memainkan harga. Namun di balik senyumnya ia menyimpan satu harapan besar: ingin sekali punya rumah permanen agar keluarga tak lagi tinggal di gubuk papan di pinggir sawah.
Awal Mula Keanehan
Suatu sore yang panas, Rojak pulang dari pasar dengan wajah lesu. Buah yang ia beli pagi tadi banyak yang busuk. Ia duduk di pinggir jalan, menatap nanas dan mangga yang mulai lembek, lalu bergumam, “Andai aja ada buah yang tahan lama, manis terus, dan bisa bikin orang ketagihan beli…”
Pertemuan dengan Pria Misterius
Pada saat itulah seorang pria asing lewat. Wajahnya bersih, berpakaian rapi, tapi langkahnya pelan seperti orang yang tersesat. Ia berhenti di depan gerobak Rojak dan berkata, “Kamu jual rujak ya, Bang?” Rojak mengangguk. “Iya, Bang. Mau campur biasa atau pedas?”
Pria itu tersenyum, lalu mengeluarkan sebuah kantong kecil berisi buah warna‑warni yang belum pernah dilihat Rojak sebelumnya. “Coba tambahkan ini. Namanya Sweet Bonanza. Rasanya unik, dan katanya bisa bawa rezeki.”
Rojak heran, tapi karena tak ingin menolak pelanggan, ia menuruti permintaan itu. Ia mencampur potongan buah tersebut ke dalam ulekan sambal kacang khasnya. Begitu dicicip, Rojak terkejut — rasa buah itu benar‑benar manis dan segar, seolah meledak di mulut.
Fenomena Sweet Bonanza
Namun yang lebih aneh: setelah hari itu, semua orang yang membeli rujaknya mengaku merasa “beruntung”.
Kabar tentang rujak hoki Rojak menyebar cepat. Dalam seminggu penghasilannya naik lima kali lipat. Dalam sebulan ia bisa membeli motor bekas — sesuatu yang sebelumnya tak pernah ia bayangkan. Tapi anehnya lagi, setiap kali ia membuka kantong Sweet Bonanza milik pria misterius itu, buahnya tidak pernah habis.
Padahal ia sudah memakainya setiap hari untuk ratusan porsi. Buah itu seperti selalu mengisi dirinya sendiri, segar dan utuh. Rojak berpikir, “Ini aneh…” namun rasa syukur membuatnya terus menjual sambil menikmati rezeki yang datang bertubi‑tubi.
Hidup Berubah Drastis
Dalam waktu tiga bulan, Rojak yang dulu mendorong gerobak butut kini punya warung permanen di pinggir jalan besar. Ia menulis papan besar bertuliskan: RUJAK SWEET BONANZA — RASAKAN MANISNYA KEBERUNTUNGAN! Papan itu jadi spot foto viral di media sosial; anak muda, influencer lokal, hingga wartawan datang mencoba.
Rojak sering tertawa sambil melayani pelanggan yang sibuk selfie. “Dulu saya jualan di gang sempit, sekarang malah diliput koran,” katanya sambil mengelap tangan. Namun pria misterius yang memberinya buah tak pernah lagi terlihat. Seakan ia datang hanya untuk meninggalkan keberuntungan, lalu menghilang.
Pertanda Aneh
Suatu malam, setelah menutup warung, Rojak bermimpi. Dalam mimpinya ia melihat ladang luas penuh pohon berwarna ungu, berkilauan seperti permata. Di tengahnya, pria misterius itu berdiri dan berkata, “Kau telah menggunakan Sweet Bonanza dengan hati yang tulus. Tapi ingat, keberuntungan sejati bukan dari buahnya, melainkan dari niatmu yang baik.”
Ketika terbangun, kantong berisi buah itu lenyap dari raknya. Rojak panik, tapi kemudian menyadari — semua buah di dapurnya berubah menjadi lebih segar dan manis. Ia tersenyum. “Mungkin ini waktunya aku berusaha sendiri,” gumamnya.
Ujian Datang
Beberapa minggu setelah itu, penjualan menurun. Tanpa Sweet Bonanza, rasa rujaknya memang berbeda, dan banyak yang mulai bosan. Beberapa orang menyarankan agar ia mencari pria misterius itu lagi, namun Rojak memilih jalan lain.
“Kalau dulu aku dikasih rezeki karena buah itu, sekarang aku mau buktiin kalau aku bisa tetap sukses dengan kerja keras dan doa,” katanya pada istrinya. Ia mulai bereksperimen dengan resep baru, menambah variasi buah lokal seperti salak, belimbing, dan pepaya madu. Ia juga melatih dua pemuda kampung untuk membantu berjualan.
Perlahan, meski tanpa sensasi ajaib, bisnisnya stabil lagi. Orang‑orang tetap datang bukan karena ingin hoki semata, tapi karena rujaknya memang enak.
Keberuntungan Sejati
Dua tahun kemudian, Rojak resmi membuka Rujak Sweet Bonanza Café, tempat nongkrong modern dengan konsep tradisional. Ia tidak lagi disebut tukang rujak keliling, melainkan pengusaha lokal inspiratif.
Dalam tiap wawancara ia selalu menjawab rendah hati, “Sweet Bonanza memang membawa keberuntungan, tapi kalau tidak disertai kerja keras dan niat baik, rezeki itu tidak akan bertahan.” Ia juga mendirikan yayasan kecil untuk membantu pedagang kaki lima mendapatkan modal usaha.
Meski kantong buah ajaib itu tak pernah ditemukan lagi, kadang‑kadang, saat ia memotong buah untuk rujak, ia mencium aroma manis yang sama seperti dulu — aroma yang mengingatkannya pada malam pertama bertemu pria misterius itu.
“Mungkin dia bukan orang biasa,” pikir Rojak sambil menatap langit. “Mungkin dia cuma ingin aku percaya bahwa keberuntungan itu datang pada orang yang tetap berbuat baik — bahkan ketika hidup sedang pahit.”
Pada bungkus setiap porsi rujak yang ia jual, Rojak menyelipkan sebuah pesan kecil: “Manisnya rezeki bukan dari buahnya, tapi dari hatimu yang jujur.” Dan entah bagaimana, orang yang membaca pesan itu selalu pulang dengan senyum — dan rasa sedikit lebih beruntung dari sebelumnya.